CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 14 Januari 2009

PENGEMBANGAN STRATEGI BELAJAR BAHASA KEDUA: Sebuah Tawaran dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Sebagai bahasa Asing


PEMBELAJARAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA
Pembelajaran adalah pengetahuan yang disadari atau yang disengaja tentang kaidah bahasa yang tidak secara khusus mengarah pada kefasihan atau kelancaran percakapan dan pengetahuan tersebut diperoleh dari pengajaran formal (Nunan, 1999). Adapun pemerolehan terjadi secara tidak disadari dan spontan yang mengarah pada kelancaran/kefasihan percakapan dan muncul dari penggunaan bahasa secara alamiah. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran tidak dapat memberikan sumbangan terhadap pemerolehan. Perolehan yang disadari dalam pengetahuan tidak dapat mempengaruhi perkembangan bahasan yang tidak disadari.
dan
Perbedaan antara kedua istilah tersebut semestinya tidak dilihat setajam itu. Istilah pembelajaran dan pemerolehan hendaknya dipandang sebagai rentangan hubungan potensial dari suatu pengalaman. Perbedaan Pengetahuan antara yang disadari dengan yang tak disadari begitu samar. Kita tidak dapat membedakan istilah pembelajaran dengan pemerolehan secara meyakinkan Brinton (1989). Ada ahli yang berpendapat bahwa beberapa elemen bahasa pertama-tama digunakan secara sadar kemudian menjadi tidak disadari atau otomatis melalui praktik penggunaan Gardner dan Lambert (1972). Sementara ahli lain berpendapat bahwa aspek pemerolehan dan pembelajaran diperlukan untuk kompetensi komunikatif, khususnya pada level keterampilan yang lebih tinggi (Berns, 2001) . Untuk alasan-alasan seperti itu kontinum pembelajaran-pemerolehan dipandang lebih akurat daripada diktonomi dalam rangka bagaimana kemampuan bahasa berkembang.
Dalam tulisan ini istilah pembelajaran digunakan sebagai kependekan dari frase pembelajaran dan pemerolehan. Istilah pembelajar bahasa atau pembelajar saja digunakan untuk merujuk pemeroleh bahasa atau pembelajar.
Strategi pembelajaran/belajar bahasa memberikan sumbangan pada seluruh bagian kontinum pembelajaran-pemerolehan. Strategi pembelajaran dalam buku ini digunakan untuk merujuk pada strategi yang meningkatkan bagian-bagian dari kontinum pembelajaran-pemerolehan.
Orientasi pada Proses
Perhatian berpindah dari fokus yang terbatas pada pertanyaan apa yang dipelajari atau yang diperoleh siswa yang jabawannya mengacu pada produk atau outcome kepada fokus yang lbih luas yang juga mencakup bagaimana siswa memperoleh bahasa dengan kata lain proses berlangsungnya pembelajaran dan pemerolehan.
Perhatian baru ini melibatkan berbagai faktor proses yang meliputi: perkembangan bahasa antara, jenis kesilapan dan kesalahan yang dibuat oleh pembelajar dan alasan munculnya, adaptasi sosial dan emosional pembelajar terhadap bahasa dan budaya baru, bentuk dan jenis aktivitas pembelajar di dalam dan di luar kelas, dan reaksi pembelajar terhadap teknik dan metode khuss kelas serta terhadap pengalaman bahasan di luar kelas. Orientasi proses juga mengimplikasikan perhatian yang seksama terhadap strategi pembelajar dalam memperoleh keterampilan berbahasa (Rebecca, (1990).
Orientasi proses juga menyarankan kita untuk memperhatikan input. Input ini mencakup berbagai karakteristik guru dan siswa yang meliputi: inteligensi, jenis kelamin, kepribadian, gaya mengajar dan eblajar secara umum, sikap, kepribadian, dan seterusnya. Input juga mencakup berbagai faktor sosial dan institusional.
Empat Keterampilan Berbahasa
Istilah empat keterampilam berbahasa atau empat keterampilan bahasa mencakup keterampilan menyimak, membaca, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan (skill) secara sederhana berarti kemampuan, keahlian, kecakapan. Keterampilan diperoleh secara bertahap selama perkembangan bahasa.
Bahasa Kedua dan Bahasa Asing
Bahasa target atau bahasa yang dipelajari meliputi bahasa kedua dan bahasa asing. Dalam kaitannya dengan pembelajaran perlu ditegaskan perbedaan kedua istilah tersebut. Perbedaan antara keduanya dilihat dalam kaitannya dengan dimana bahasa itu digunakan dan apa fungsi sosial serta fungsi komunikatif bahasa tersebut.
Bahasa kedua memiliki fungsi sosial dan fungsi komunikatif dalam masyarakat tempat bahasa tersebut dipelajari, misalnya di Belgia atau Kanada orang memerlukan bahasa lebih dari satu bahasa untuk alasan sosial, ekonomi dan profesional. Sementara itu, bahasa asing tidak memiliki fungsi sosial dan komunikatif dalam masyarakat tempat bahasa tersebut dipelajari. Bahasa tersebut lebih banyak digunakan untuk berkomunikasi di tempat lain, misalnya bahasa Inggris di Perancis.
Perbedaan kedua istilah tersebut berimplikasi pada strategi pembelajaran bahasa. Beberapa strategi pembelajaran dapat lebih mudah digunakan pada konteks bahasa kedua daripada latar bahasa asing. Bagaimanapun, sebagian besar strategi pembelajaran dapat diaplikasikan sama baiknya pada kedua konteks.

KOMUNIKASI, KOMPETENSI KOMUNIKATIF, DAN KONSEP-KONSEP TERKAIT
Komunikasi adalah pertukaran dua arah antara dua orang atau lebih yang meningkatkan kerja sama dan menciptakan kebersamaan/kesepakatan/kebiasaan. Komunikasi adalah sesuatu yang dinamis tidka statis dan bergantung pada negoisasi makna antara dua atau lebih orang yang berbagi pengetahuan melalui bahasa yang digunakan.
Kompetensi komunikatif adalah kompetensi atau kemampuan untuk berkomunikasi baik dengan bahasa lisan maupun bahasa tulis dan dalam keempat keterampilan berbahasa. Ada sementara pendapat yang tidak benar bahwa komunikasi terjadi hanya melalui media lisan. Padahal, sebenarnya pengertian komunikasi mencakup semua aspek keterampilan.
Berikut adalah model yang memberikan pemahaman tentang empat bagian definisi dari kompetensi komunikatif.
(1) Kompetensi gramatikal atau ketepatan adalah suatu tingkat yang menunjukkan pengguna bahasa menguasai kode linguistik meng mencakup kosakata, tatabahasa, pelafalan, ejaan, dan formasi kata.
(2) Kompetensi sosiolingistik adalah kondisi yang menunjukkan bahwa tuturan seseorang dapat digunakan dan dimengerti secara tepat/sesuai dalam berbagai konteks sosial. Kompetensi ini meliputi pengetahuan tentang tindak tutur seperti mempersuasi, meminta maaf, dan mendeskripsi.
(3) Kompetensi wacana adalah kemampuan untuk mengkombinasikan ide-ide untuk membangun kohesi dalam bentuk koherensi dalam pikiran setingkat di atas level kalimat tunggal.
(4) Kompetensi strategis adalah kemampuan untuk menggunakan strategi seperti gerak isyarat atau berbicara terus kata-kata yang tidak diketahui untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan.
Strategi Belajar/Pembelajaran
Konsep strategi memiliki makna rencana, langkah, atau tindakan yang disadari yang mengarah pada keberhasilan suatu tujuan. Definisi umum tentang strateti belajar/pembelajaran menyatakan bahwa belajar/pembelajaran adalah langkah atau pekerjaan ayng dilakukan oleh pembelajar untuk membantu pemerolehan, menyimpan, memperoleh kembali, dan menggunakan informasi. Dengan kata lain,, strategi belajar adalah tindakan khusus yang diambil pembelajar untuk membuat belajar menjadi lebih cepat, lebih dapat dinikmati, lebih mengarah pada diri sendiri, lebih efektif, dan lebih dapat dioperkan kepada situasi baru.


CIRI-CIRI STRATEGI BELAJAR/PEMBELAJARAN BAHASA
(1) Memberikan sumbangan kepada tujuan utama, kompetensi komunikatif.
(2) Memberi kesempatan siswa tnuk menjadi lebih self-directed
(3) Memperluas peran guru
(4) Berorientasi pada masalah
(5) Perilaku/tindakan khas yang dilakukan pembelajar
(6) Melibatkan banyak aspek dan pembelajar, tidak hanya aspke kognitif.
(7) Mendukung belajar, baik secara langsung maupun tidak langsung
(8) Tidak selalu dapat diamati
(9) Sering disadari/disengaja
(10) Dapat diajarkan
(11) Fleksibel
(12) Dipengaruhi oleh berbagai faktor
Kompetensi Komunikatif sebagai Tujuan Utama
Senua strategi belajar yang tepat berorientasi pada tujuan kompetensi komunikatif. Perkembangan kompetensi komunikatif memerlukan interaksi nyata antar pembelajar dengan menggunakan bahasa yang bermakna dan sesuai dengan konetks. Strateti belajar membantu pembelajar untuk berpartisipasi secara aktif dalam komunikasi otentik.
Mudah diketahui bahwasannya pada umumnya strategi belajar menstimulasi pertumbuhan kompetensi komunikatif, misalnya, strategi metekognitif membantu pembelajar dalam mengatur kognisinya dan memfokuskan, merencanakan, serta menilai kemajuan yang dialami dalam hal kompetensi komunikatif. Strategi afektif mengembangkan rasa percaya diri dan ketekunan yang diperlukan untuk melibatkan mereka secara aktif dalam belajar bahasa, suatu hal yang diperlukan untuk mencapai kompetensi komunikatif. Pendek kata, berbagai strategi belajar membantu perkembangan kompetensi komunikatif.
Sebagaimana kompetensi pembelajar yang terus tumbuh, strategi dapat beroperasi dengan cara yang khas untuk membantu perkembangan aspke-aspek penting tertentu dair kompetensi seperti aspek gramtikal, sosiolinguistik, wacana, dan unsur-unsur strategis. Contohnya, strategi memori seperti penggunaan pengimajinasian dan reviu terstruktur (stuctured-review) serta strategi kogniti seperti penalaran deduktif dan penggunaan analisis kontrastif dapat memperkuat akurasi gramatikal. Strategi sosial seperti bertanya, bekerja sama dengan penutur asli, komunikasi dengan teman sebaya, dan menjadi sadar akan budaya merupakan sarana yang kuat bagi tumbuhnya kompetensi sosiolinguistik (Nunan, 1999).
Arah-Diri (self-direction) yang lebih besar untuk pembelajar
Self-direction merupakan hal yang penting bagi pembelajar bahasa karena mereka tidak selalu didamping dan dibimbing guru sebagaimana jika mereka menggunakan bahasa di luar kelas. Oleh karena itu self-direction merupakan hal yang hakiki untuk perkembangan aktif dari kemampuan dalam bahasa baru (yang dipelajari).
Dalam kenyatannya, karena kondisi budaya dan sistem pendidikan banyak pembelajar bahasa (pada umumnya orang dewasa) bersikap pasif dan terbiasa untuk selalu “disuapi”. Sikap seperti ini membuat kegiatan belajar lebih sulit dan harus diubah. Dalam hal ini pembelajar akan berhasil jika a memulai belajar dengan tanggungjawab yang lebih tinggi untuk pembelajaran mereka sendiri.
Self-direction merupakan fenomena pertumbuhan gradual terus tumbuh dan pembelajar menjadi lebih nyaman dengan ide-ide dari tanggungjawabnya sendiri. Pertumbuhan self-direction siswa emmperoleh kepercayaan diri yang lebih tinggi, keterlibatan dan kemampuan yang lebih besar.




Peran Baru untuk Guru
Secara tradisional guru dipandang sebagai sosok yang otoriter yang identik dengan peran orang tua, isntruktur, direktur, manager, hakim, pemimpin, penilai, pengontrol dan juga dokter yang harus “menyembuhkan” ketidaktahuan pembelajar. Kondisi semacam ini akan menghalangi komunikasi, khususnya pada kelas bahasa sebab peran-peran semacam ini memaksa seluruh komunikasi terjadi melalui guru.
Sebagian guru merisaukan adanya perubahan peran guru, sementara yang lain menerima dengan baik fungsi baru mereka sebagai fasilitator, pembantu, pembimbing, konsultan, penasihat, koordinator, nara sumber, pendiagnosis, dan kmunikator. Tugas baru mereka juga meliputi mengidentifikasi stratefi belajar siswa, menyajikan latihan strategi belajar, dan emmbantu sisw amenjadi lebih mandiri.dalam peran barunya ini tidak berarti guru sama sekali mengabaikan tugas-tugas managerial dan instruksional merek ayang lama. Hal tersebut masih digunakan, tetapi tidak begitu dominan. Peran baru guru membuat mereka lebih variatif dan kreatif. Stratus mereka bergantung pada kualitas dan pentingnya hubungan mereka dengan pembelajar.

CIRI-CIRI LAIN
Berorientasi pada Masalah
Strategi belajar yang digunakan karena ada masalah, tugas yang harus diselesaikan dan tujuan yang harus dicapai, misalnya, penggunaan strateti penalaran atau tebakan untuk memahami bacaan dalam bahasa asing.
Berbasis pada Tindakan
Strategi belajar bahasa adalah tindakan atau tingkah laku khusus yang diperlukan pembelajar untuk meningkatkan belajar mereka, misalnya membuat catatan, merencanakan tugas bahasa, melakukan evaluasi diri, serta menduga secara cerdas/tepat. Tindakan-tindakan ini dipengaruhi oleh karakteristik pembelajar yang lebih bersifat umum seperti gaya belajar, motivasi dan sikap.

Keterlibatan Aspek-aspek di Luar Kognisi
Strategi bahasa tidak hanya melibatkan fungsi kognitif seperti keterlibatan pemrosesan secara mental dan manipulasi bahasa baru, melainkan juga mencakup fungsi metakognitif seperti merencanakan, mengevaluasi dan sebagainya. Pada waktu yang lampau kondisi ini pernah tidak mendapat cukup perhatian.
Dukungan Langsung dan Tidak Langusng bagi Belajar
Strategi langsung adalah strategi yang melibatkan belajar lansung dan penggunaan materi pelajaran, dalam hal ini bahasa baru/ssaran. Apaun strategi tak langsung mencakup strategi metakognitif, afektif, sosial yang memberikan sokongan secara tidak langsung namun sangat berarti bagi pembelajaran. Kedua jenis strategi sama-sama penting dalam kapasitasnya masing-masing.
Derajat Keteramatan
Tidak semua strategi belajar bahasa dapat diamati, khususnya yang melibatkan asosiasi mental. Belum lagi sulitnya mengamati strategi belajar yang digunakan siswa di luar kelas.
Derajat Kesadaran
Kadangkala strategi yang digunakan pembelajarn berlangsung secara instingtif, tidak terpikirkan, dan tidak berlangsung secara kritis. Hal ini mungkin dapat diatasi dengan penilaian dan pelatihan strategi.
Keterajaran
Tidak seperti karakteritsitk pembelajar yang sulit diubah, strategi belajar mudah diajarkan dan diubah. Hal ini dpat dilakukan melalui strategi. Pembelajar terbaik dapat meningkatkan penggunaan strategi mereka melalui kegiatan tersebut. Pelatihan strategi membantu mambimbing siswa untuk menjadi lebih sadar akan penggunaan strategi dan lebih ahli dalam memilih dan menentukan strategi yang tepat. Masih banyak hal-hal positif yang dapat diperoleh melalui strategi ini.

Keluwesan (flexibility)
Strategi berlajar bersifat fleksibel. Ia tidak selalu ditemui dalam rangkaian yang dapat diramalkan atau dalam pola yang baku. Ada persoalan individual dalam hal pembelajar memilih, mengkombinasikan, dan merangkaikan strategi .
Kadangkala pembelajar melakukan kombinasi strategi melalui cara yang dapat diramalkan. Contohnya, dalam membaca, pembelajar sering melakukan skimming atau scanning kemudian emmbaca lebih intensif dengan menggunakan tebakan untuk mengatasi kesenjangan yang muncul, dan akhirnya dia mengorganisasikan materi dengan membuat catatan atau ringkasan. Beberapa strategi belajar di dalamnya berisi rangkaian langkah-langkah internal seperti penalaran deduktif pertama-tama memerlukan ingatan terhadap kaidan dan kemudian penerapannya dalam situasi baru (Byrnes, 1998).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Strategi
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan strategi adlah derajad kesadaran, latar pembelajaran, persyaratan tugas, harapan guru, usia, jenis kelamin, nasionalitas/etnisitas gaya belajar secara umum, kepribadian, motivasi dan tujuan belajar bahasa.
Pembelajar yang lebih sadar dan lebih maju akan menggunaan strategi dengan lebih bagus. Kondisi tugas membantu mereka dalam memilih strategi. Harapan guru yang disampaikan melalui pengajaran kelas dan metode testing dengan kuat mempengaruhi pilihan strategi siswa, misalnya pembelajaran yang ditekankan pada penguasaan tatabahasa mendorong dipilihnya strategi analisis dan penalaran daripada strategi umum belajar bahasa.
Pembelajar yang lebih sadar dan lebih maju akan menggunakan strategi dengan lebih bagus. Kondisi tugas membantu mereka dalam memilih strategi. Harapan guru yang disampaikan melalui pengajaran kelas dan metode testing dengan kuat mempengaruhi pilihan strategi siswa, misalnya pembelajaran yang ditekankan pada penguasaan tata bahasa mendorong dipilihnya strategi analisis dan penalaran daripada strategi umum untuk berkomunikasi.
Berkaitan dengan faktor usia, pembelajaryang lebih tua menggunakan strategi yang berbeda dengan yang berusia lebih muda. Dari sudur jenis kelamin, wanita lebih luas dalam menggunakan strategi dibanding laki-laki.
Pembelajar yang bermotifasi tinggi lebih mungkin menggunakan strategi yang tepat dibanding yang bermotivasi rendah. Motivasi berhubungan dengan tujuan belajar bahasa, yang merupakan kunci lain penggunaan strategi.
Sistem Baru Strategi Belajar/Pembelajaran Bahasa
Pada bagian ini dipaparkan klasifikasi strategi yang lebih detail dibandingkan klasifikasi serupa yang pernah ada. Klasifikasi strategi tersebut ditampilkan dalam bentuk visual dan verbal.
Saling Mendukung
Untuk memahami bahwa terjadi hubungan saling mendukung dan saling membantu diantara strategi langsung dan strategi tak langsung serta antar enam kelompok strategi, dipakai analogi dari teater.
Strategi utama yang pertama, yakni strategi langsung yang terlibat langsung dengan bahasa sasaran dapat diibaratkan seperti pemain di atas panggung yang bekerja dengan bahasa tersebut dalam berbagai tugas dan situasi spesifik. Dalam hal ini strategi memori digunakan untuk mengingat dan mengolah kembali informasi. Strategi koginitif digunakan untuk memahami dan memproduksi bahasa. Adapun strategi kompensasi digunakan untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan.
Kelas utama kedua, yakni strategi tak langsung berfungsi sebagai manajemen umum dari kegiatan belajar.Strategi ini dapat diibaratkan seperti sutradara sebuah permainan drama. Dalam hal ini strategi metakognitif digunakan untuk mengkoordinasikan proses belajar. Strategi afektif digunakan untuk mengatur emosi. Strategi sosial untuk belajar dengan orang/siswa lain. Sutradara memegang berbagai fungsi seperti memusatkan, mengorganisasikan, membimbing, mengecek, mengoreksi, memandu, mendorong, dan menyemangati pemain.
Sutradara adalah suatu bimbingan dan dukungan internal pada pemain. Fungsi sutradara dan pemain menjadi bagian dari pembelajar.
Guru memberi kesempatan dan mendorong siswa untuk lebih banyak mengambil peran sutradara seperti perannya pada masa lalu, sekarang siswa lebih banyak mengatur belajarnya sementara fungsi guru jauh dari bersifat memerintah melainkan lebih bersifat memfasilitasi.
Terjadi saling tumpang tindih diantara kelompok-kelompok strategi. Satu contoh, kategori metakognitif membantu siswa utnuk mengatur kognisi mereka dengan mengukur bagaimana mereka belajar dan dengan merencanakan tugas bahasa di masa mendatang/selanjutnya. Akan tetapi hal tersebut juga sering memerlukan penalaran yang dalan kenyatannya merupakan bagian dari strategi kognitif.
Keberadaan strategi belajar/pembelajaran bahasa masih perlu dibuktikan melalui praktek penggunaannya di dalam kelas serta melalui penelitian. Sampai saat ini belum terdapat kesepakatan yang bulat tentang apa itu strategi, berapa jumlah strategi yang ada, bagaimana strategi itu dikategorisasikan dan seterusnya. Rumusan para ahli berbeda-beda tentang hal itu.
Penelitian tetap berlanjut untuk memperlihatkan/menunjukkan bahwa strategi membantu pembelajar dalam mengontrol belajarnya dan menjadi lebih proficient. Berdasarkan pengalaman guru, terindikasikan bahwa sistem strategi yang disajikan dalam buku ini dirasakan tepat guna sebagai cara untuk menguji strategi-strategi tertentu.



Daftar Rujukan
Nunan, david. 1999. Second Language Teaching and Learning. Boston, Mass: Heinle and Heinle Publishers.

Oxford, Rebecca L. 1990. Language Learning Strategies: What Every Teacher
Should Know. New York: Newbury House Publishers.

Byrnes, H. 1998. Learning Foreign and Second Languages. New York: The Modern
Association of America.

Gardner, R.C. dan Lambert, W. 1972. Attitude and Motivation in Second Language
Learning. Rowley, Mass.: Newburry House.

Klein, Wofgang. 1986. Second Language Acquisition. Cambridge: Cambridge University Press.

Brinton, D. et al. (1989). Content-based second language instruction. Boston: Heinle & Heinle Publishers.

Berns, R.G. dan Erickson, P.M. 2001. Contextual Teaching and Learning: Preparing Students for The New Economy. The Highlight Zone: Research @ Work no. 5. http://www.nccte.com/publications/infosynthesis/highlightzone/highlig…/highlight05-CTL.htm Download August 26, 2001.

0 komentar: